Kamis, 16 Februari 2012

Yang Kadang Terabaikan part II

Kini mempertanyakan, dimana hati nurani dan pikiran saya selaku peserta didik, selaku mahasiswa yang sudah layak dikatakan Dewasa? Mengapa kita mampu bersikap demikian pada Dosen dan guru? Atau kepada orang yang berjasa dan penting dalam hidup teruma Mamah dan Papah (ighfirlana ya Robb).

Berulang kali dosen-dosen mengatakan, jangan hanya usia yang dewasa, tapi sikap dan sifatpun harus dewasa ! Tapi kenyataannya?? Tidak jarang mahasiswa, pelajar dan calon mahasiswa yang pernah mengabaikan, bahkan menyepelekan keberadaan seorang pendidik baik itu seorang guru, dosen, atau guru besar sekalipun.

Ya, Saya tidak  mau menunjuk siapapun, karena di artikel ini Saya sedang bermuhasabah diri J, tentunya tulisan ini teruntuk SAYA pribadi hheee..

Pernah nggak kalian merasakan hal-hal ini, diantaranya..

Saat dosen menerangkan dengan sungguh-sungguh, kita malah diskusi sendiri dengan tema yang berseberangan dengan Mata kuliah atau pelajaran sekolah, Misal tentang acara selesai kuliah mu nonton dimana, karokean dimana, mau makan siang di daerah mana? Dan lucunya rasa itu muncul tanpa sungkan (maklum masih pengen senang-senang).  Sampai-sampai hanya karena pelajaran itu susah dan dosen ngajarnya nggak jelas diotak kita, bikin kita malas mendengarkan. Toh nggak nangkep materinya juga (alasan yang tidak seharusnya dilontarkan).

Nah, lain lagi pengalaman Saya jauh sebelum kuliah. Apa pernah kalian membuat guru sangat kesal? Kalu Saya akan menjawab pernah.. Saat itu, bukan saya saja pelakunya.. tapi Kami Semua hheee..

Kami bikin nangis guru yang pada saat itu baru beberapa bulan mengajar. Badan guru kami sangat mungil dan cantik ( guru biologi SMAIT Nuurusidiiq ibu Lena, Sebenarnya bukan karena fisik yang imut *kalau pembandingnya saya* hheee..

Saat itu kami seolah benar-benar mengabaikan keberadaannya, meskipun di akhir pembelajaran? Keadaan yang ricuh membuat sang Guru bersuara lantang dan meninggalkan kelas dengan emosi. Ssstt.. ada tangisan dan amarah dihatinya. Dan nggak lama.. Kami di panggil kepala sekolah  saat itu kepala sekolahnya Bapak Didi Masyhudi atau nama samarannya Dimas Tirani J

Hmmm.. tapi Saya rasa bukan hanya saya yang penah melakukan hal nakal itu hheee..  *sambil cari-cari teman yang salah* hhoooo..

Tapi, kalau sekarang, hal ini saya jadikan perenungan diri. Saya mencoba untuk melihat dari sudut pandang lain, dan berkaca pada bidang yang kini sedang saya selami, yakni dunia yang dulu sangat-sangat-sangat Saya BENCI dan TERPAKSA memilih pendidikan karena paksaan ORANG TUA.

Sudut pandang itu lahir saat saya berpikir tentang sosok seorang Dosen. Beliau dengan sekuat-kuatnya niat memberi kuliah. Datang tiap jam kuliah, tepat waktu, bahkan jarang absen. Bisa kah sedikit saja kita hargai itu? Lalu beliau menjelaskan materi dari mulai suaranya yang lantang sampai suaranya mulai melemah.

 Atau perjuangan seorang dosen meskipun hanya memberi pengetahuan dengan memerintahkan mahasiswa untuk menulis kembali apa yang ada di proyektor, atau sekedar menonton slide demi slide yang telah jauh-jauh hari di siapkan beliau, dan begitu seterusnya sampai kuliah berakhir. Tidak kah kita bisa mengahargai niat baiknya demi memberikanpengetahuan yang kita sebenarnya butuhkan?? Dan begitu tidak berdayanya beliau hingga TIDAK MAMPU MENEGUR peserta didiknya yang tidak mendengarkan penjelasannya. Coba , Bagaimana rasanya bila Kita berada di posisi beliau? Bagaimana rasanya diabaikan? Tidak didengar, bahkan cenderung di sepelekan??

Saya yakin 100% bukan hanya saya yang pernah bersikap konyol seperti ini, dan Saya yakin, bukan saya juga yang memiliki rasa ingin TOBAT seperti Saya J.  Saya Jadi berpikir betapa rendahnya pemikiran saya menilai seorang PEndidik.

Hhhmm.. Patut dipertanyakan keberadan hati nurani di diri ini yang seakan tidak tau balas jasa..

Dan entah sadar atau tidak, kita justru berpikiran negative sama pendidik yang sudah berusaha keras memberikan sebaik-baiknya pengajaran kepada kita. Akhirnya.. ke kampus bukan nya ibadah untuk cari ilmu, malah kadang jadi pemulung dosa huhh..!! (Ighfirlana Ya Robb..)

Ya… sekalipun ada juga sih dosen yang inginnya di hargai dengan "UANG" sampai skripsi TERTUNDA gara-gara nggak sanggup bimbingan karena nggak bisa ngeluarin "UANG" tiap bimbingan, atau sekedar mengeluh tentang dosen yang hobi ngasih tugas dan nggak pernah masuk. "Astagfirullah…" nggak ada niat mengghibah, karena saya sedang bicara fakta yang saya rasakan selama menjadi fans berat Si Kijang Merah, hal ini sering di utarakan oleh para mahasiswa yang lokasi kampusnya berada di sepanjang belahan bumi perangkotan yang di lewati oleh trayek Si kijang merah  T 19 jurusan Depok-TMII :D.

*UI, Gundar, BSI, UP, ISIP, TAMA, Unindra, STIKOM dll*

( kalau pakai istilah klasik mungkin istilah ini cocok untuk menggambarkan wacana paragraph di atas "menandakan tidak ada manusia yang sempurna, sekalipun dia seorang Ustad muupun Dosen dan para pendidik lainnya")

 

Eeiitt.. tapi kalau ditelisik lebih dekat, Seseorang yang dikatakan MAHASISWA, seharusnya memang lebih banyak menggali keilmuan sendiri. Tidak melulu berharap di berikan materi oleh Dosen dari A sampai Z. Sebenarnya kita mampu kok untuk mencari tau sendiri melalui googling, jangan bilangnya berselancar di dunia maya padahal lagi buka twitter atau jadi pesbukers hhiiii ( pengalaman yang tidak baik). Lebih baik sempatkan waktu untuk komunikasi sama dosen tentang hal yang kita belum pahami, jangan menghubungi dosen karena mau IZIN nggak masuk aja yaaa.. xixixi (lagi-lagi share pengamalan masa lalu yang seharusnya tidak diamalkan). Paling tidak bertanya sama teman yang lebih cemerlang otaknya di banding Kita J. Kalau ingat kata-kata dosen KWU 1 selaku Sang Provokator saat saya wawancarai dulu beliau mengatakan kurang lebih seperti ini " kita ini tulang punggung negara, jadi, kita jangan jadi pemuda yang mengidap osteoporosis dini "  yaaa intinya kita harus jadi pemuda yang cerdas secara pemikiran dan cerdas secara ketakwaan yang merujuk pada nilai-nilai aqidah islamiyah.

Ya, mungkin ada saatnya kita benar-benar nggak mudeng sama penjelasan dosen, sekalipun dosen tersebut sudaah menggunakan alat yang super canggih untuk membuat kita tertarik mengikuti kuliah tersebut. Seburuknya penyampaian seorang pendidik, tidak lantas kita memperlakukan beliau semaunya kita, paling tidak, kita mendengar, siapa tahu ada bagian-bagian yang bisa di simak dan jadi manfaat saat ujian tiba looh J. Belajar menghormati dan menghargai siapapun yang sedang berbicara di depan. Undzur Maa Qoola WaLaa Tandzur Man Qoola "Lihatlah apa yang dibicarakan jangan melihat siapa yang berbicara" sekalipun dia seorang pencuri atau mantan orang jahat sekalipun, kalau omongannya itu mendatangkan manfaat, kita jangn tutup telinga yaa.. siapa tau ada berkah di balik keihklasan kita menerima segala ucapan beliau.

Hayoo.. ramai-ramai merubah sikap menjadi lebih bijaksana. Mulai menghormati orang tua, menghormati keluarga yang lebih tua, jangan lupa juga menghormati orang-orang yang banyak berperan dalam hidup kita. Jangan pernah meluapakan kebaikan semua orang-orang yang pernah memberikan kita ILMU dan Pengetahuan. Doakan Guru kita dan kalau kita menjadi Guru jangan lupa mendoakan Guru Kita agar tali pahala ini terus bersambung ke anak cucu kita J

 

Untuk teman-teman mahasiswa atau pelajar yang di ajarkan oleh Guru Besar yang berdirinya sudah tidak tegak lagi, rambutnya sudah memutih. Bahkan hampir seluruhnya putih, dan untuk marah saja tidak bisa lagi, apa kita tega untuk bersiakap acuh tak acuh pada Beliau?? Sekalipun dosen kita masih muda dan jarak umurnya tidak terlalu jauh, apa kita pantas menyepelekan apa yang beliau katakan??

Beliau melakukan ini agar kita bisa menjadi orang yang bijak dan beliau pasti berharap besar bahwa anak didiknya kelak bisa menjadi yang lebih baik dan lebih berprestasi dari beliau. Coba bayangkan, dengan tertatih para dosen sepuh menaiki tangga demi tangga,  Kewajiban untuk bertahan hidup demi kelangsungan keluarga juga yang menjadi semangat beliau mengajarkan kita dari waktu ke waktu. Karena waktu yang Ia habiskan untuk mengajarkan kita, merupakan pengorbanan beliau untuk Keluarganya yang Ia Cintai.

Pernah sih, saya mendengar dari mulut teman saya sendiri yang sering banget bermasalah sama dosen, parah deh teman saya yang satu itu. bolak balik ribuuut mulu kerjaannya, nggak sama dosen, sama satpam kampus, bahkan konon katanya, sampai berhadapan sama pak rektor.. bahkan yang parahnya, saat esmosi itu, dia cerita sama saya kalo dia bilang "dosen di sini ngajar juga yang bayar dari spp mahasiswa" lumayan terkesan sombong siih, tapi dia begini juga demi keluarganya, nggak jauh bedalah sama apa yang orang tua kita lakukan untuk kita..  

untuk itu guys, mulai belajar menghormati pendidik yang kadang terabaikan.. karena pasti para pendidik yang baik akan menyalahkan dirinya sendiri karena beliau beliau merasa tidak bisa mendidik dan menyampaikan ilmunya kepada peserta didikanya, apalagi jika suatu saat nanti mereka melihat murid-murid nya menjadi orang yang susah. 

SO, berpikirlah lebih baik untuk bertindak dan bersikap kepada setiap orang-orang yang sudah berjasa dalam hidup kita, khusunya orang tua, keluarga, guru dan para sahabat yang selalu ada dalam susah dan senang :) 

yyaaa.. beginilah kata-kata yang mungkin bisa bermanfaat atau juga kata-kata yang jangan di sepelekan hhhoo *maksa*

udah aaaaahh, capee. kata yang baca (yang nulis aja cape, apalagi yang baca?? bisa mabok hurup) hhheeee maaf ya.. jadi ganggu waktu senggangnya untuk membaca ini.. tapi.. terima kasihh bagi yang mau baca ^^

MENCARI ILMU = BERJIHAD DI JALAN ALLAH  :)

wallahu'alambissowab

 

Sabtu, 11 Februari 2012

Yang Kadang Terabaikan Part I

Mungkin ini terlambat, tapi… inilah proses kehidupan yang memerintahkan Aku untuk tidak cepat berputus asa, selalu belajar memetik setiap buah dari kegagalan yang indah dan mengatakan tidak ada yang terlambat selagi mau belajar dan berubah lebih baik J

 Aku mau coba share yaaa…

Setelah merasakan bagaimana sikon mendidik, dengan sendirinya akan terbesit jiwa yang tidak mudah putus asa. Ternyata untuk memanusiakan anak manusia, tidak semudah yang dulu Aku bayangkan.

 Kata SABAR itu yang paling penting. Seorang pendidik yang baik menurut Aku, adalah beliau yang memiliki banyak Ilmu dan kemudian di bagikan untuk segenap murid-muridnya, dan orang-orang yang bukan tergolong anak didik "resmi" seperti di sekolah atau di kampus, tapi dengan jiwa pendidiknya, dia mampu mempersembahkan pengetahuan dan pendidikan yang terbaik untuk setiap orang yang membutuhkan pengetahuan, baik pendidikan yang bersifat pengetahuan umum atau pengetahuan Diniyah.

Perasaan ini timbul Saat wisuda kemarin sabtu, 28-01-2012. Melihat anggota senat Unindra, subhanallah.. dosen-dosen yang insya Allah penuh berkah sepanjang hidupnya "aamiin".

Dari cara jalan yang tidak segagah dosen muda yang juga menuai banyak prestasi, beliau tetap terlihat berwibawa dalam balutan pakaian kebesaran senat saat itu. Mayoritas rambut yang tidak lagi hitam, senyuman yang kini semakin membuat wajahnya penuh kerutan. Tapi apa pernah kita meresapi perjuangan beliau-beliau di masa lalu?? Sebelum mereka menjadi guru besar seperti sekarang ini?? Apakah semangat belajar beliau-beliau ini ikut berkerut layaknya kerutan usang yang hanya tinggal menunggu waktu??

Saya pikir tidak demikian, Beliau-beliau tak kenal kata lelah untuk belajar, sampai seumur yang sudah dikatakan "udzur", beliau tetap istiqomah dalam dunia pendidikan. Lalu kemudian Saya pun mulai membandingkan,berkaca dan belajar mengintropeksi pada diri saya sendiri 'kalau saja saya harus belajar dan membaca buku setiap hari.. entahlah, seperti apa otak saya? Kalau membayangkan buku tebal dan tipis tapi bahasanya rumit dipahami, sepertinya akan terasa benar-benar penat'

Tapi, AYO.. lihatlah beliau… Pandangi beliau dengan penuh rasa cinta..

Beliau se-tua itu tetap mendirikan kesabaran dalam sanubarinya. Mereka (guru besar) tetap sabar untuk terus belajar, tetap sabar untuk menyampaikan pengetahuan yang mereka miliki. Bahkan beliau masih sanggup bersabar melihat sikap dan tingkah mahasiswa mereka atau murid mereka.

 Subhanallah... Mereka itu layak dikatakan sosok yang luar biasa. Beliau  layaknya seorang Ayah atau Ibu di tempat kita menuntut Ilmu. Kalau ingat masa-masa sekolah dan kuliah kini hanya meninggalkan rasa menyesal. Hal ini tidak hanya di pikirkan oleh Saya, tapi terbesit juga di benak D'Beys (sahabat saya) yang dulu memiliki sindrom semangat kuliah berkobar saat memasuki awal semester baru, kebelakangnya, kembali melempem J

Astagfirullah..Seolah baru tersadar dari pingsan yang berkepanjangan.

***